Kali
ini aku mau share berdasarkan pengalaman pribadi (lagi), gimana sih biar mimpi
dan harapan kita terwujud? Saat ini, mungkin, aku belum menjadi orang yang
“wow” wkwk aku mah apa tuh (Aamiin, semoga suatu saat nanti bisa jadi “wow”
yang banyak menebarkan kebermanfaatan). Namun tiada salahnya aku share apa yang
pernah aku alami.
1. Berdoa (selalu berdoa di saat sebelum –
selama – setelah harapan kita tercapai!)
Tingkatkan intensitas
berdoanya! “Doanya disebut” setiap kali selesai sholat, jangan cuma saat sholat
tertentu aja tapiii juga setiap sholat.
Tingkatkan ibadah-ibadah sunnah (sholat dhuha, sholat malam, apalagi puasa
sunnah). Setelah harapan tercapai atau belum, tetep istiqomah yaa.. Masa sih “intens
ibadah” kalau ada “maunya aja” hehe… *note to myself too..
Well, ini sepele banget TAPI ini hal ini justru
sebagai langkah awal “REAL ACT” kita
dalam mewujudkan impian kita. Aku hampir selalu menulis harapan apa yang aku inginkan,
bahkan kadang sebelum aku ‘mulai gerak’ buat mendapatkan hal itu.
3. Minta doa restu orang tua, terutama Ibu. Menurutku ini adalah bagian yang sangat PENTING. Aku selalu cerita dan mohon doa setiap kali aku mau melakukan sesuatu, mau memproses sesuatu, mau apply sesuatu...
4. Visualisasikan impian kita (ini juga salah termasuk salah satu cara ‘berdoa’).
Misalnya, dengan menempel "foto" atau "gambar" harapan kita. Punya impian naik haji, boleh lah kita tempel gambar Ka'bah, sambil di-shalawatin gengs. Pengen punya gadget x, atau kendaraan x, boleh lah kita datangi counter/showroomnya sambil di-shalawatin, atau foto juga. Nggak perlu malu atau ragu kalau merasa awkward di depan orang lain. Emang mereka yang mau "mengabulkan" impian kita?
Contoh lagi, saat aku ingin lulus dengan IPK cumlaude, aku pinjam slempang itu dari kakak tingkat lalu aku berfoto dengannya. Aku berharap supaya ketularan apa yang diraih oleh kakak tingkatku. Padahal saat itu aku merasa "SULIT" untuk meraihnya.
Ini juga menjadi salah satu REAL ACT dalam mewujudkan impian kita.
5. Usaha (bener-bener diusahakan!, sampai titik darah penghabisan). Tentu saja usaha secara jujur yaa… Andaikata pahit-pahitnya kita nggak bisa melakukan secara all out, berdoalah, minta sama Yang Maha Kuasa. But remember, hasil tiada pernah mengkhianati usaha. Gagal berkali-kali justru membuat kita semakin belajar. Nggak boleh nyerah!
Semoga bermanfaat ^_^
Setelah itu juga tetep terus berdoa. Loh kok
setelah tercapai kita ‘berdoa’? Kita ucap (doa) rasa syukur kita, sampaikan
kepadaNya..
Lebih lengkap lagi tentang Etika Mengetuk Pintu-Nya (dalam memanjatkan harapan kepadaNya) silakan cek postingan Teh Dewi Nur Aisyah (salah satu inspirator fav aku) di link ini
Lebih lengkap lagi tentang Etika Mengetuk Pintu-Nya (dalam memanjatkan harapan kepadaNya) silakan cek postingan Teh Dewi Nur Aisyah (salah satu inspirator fav aku) di link ini
2. TULIS harapan dan DITEMPEL di dinding kamar! Jangan di buku agenda aja gengs! (ini
juga salah termasuk salah satu cara ‘berdoa’)
Nggak perlu malu
juga atau khawatir kalau teman yang masuk kamar kita lalu membacanya. Malah bisa
jadi doa kaan karena dibaca mereka. Apalagi di harapan itu ditambah kata
“aamiin”.
Misal, suatu
hari keluar poster pengumuman ada program x dan saat aku baca, aku tertarik
untuk mengikutinya. Sebelum aku ‘mulai gerak’ buat apply (misal, menyiapkan
berkas) aku udah tulis dulu harapanku, aku beri tanggal saat menulis, dan
kutempel. Misal lagi, tahun 2020, 2023, 2025, 2030 aku pengen ini ini ini.
Yaudah aku tulis aja apa harapanku.
Nulis harapan juga
nggak cuma buat yang ‘jauh-jauh’ waktu. Walapun itu mepet ‘waktu’ yang kita inginkan,
harus ditulis juga! Misal, hari ini hari H deadline apply suatu x, nah kita
kebetulan belum sempet menulis dan hasilnya diumumkan beberapa hari lagi atau
bahkan besok! Yaudah tetap tulis aja harapan kita.
Nulis harapan
juga nggak cuma buat harapan yang menurut kita itu “wow”. Sesimpel kita pengen join
acara x, pengen masuk organisasi itu, pengen selesai tugas/PKL/skripsi bulan
(atau bahkan tanggal) sekian, pengen lulus sebelum x atau setelah y, pengen
dapet IP/IPK sekian dan ditulis
dengan target nilai yang dijabarkan sekian sekian…
Foto berikut menjadi bukti bahwa impian yang aku
tulis dan tempel bisa terwujud. Meski
nggak semua yang aku tulis terwujud (dan aku menyadari harapan yang belum
tercapai ini kadang belum aku lakukan secara all out atau kemungkinannya kecil), TAPI ada banyak hal yang aku
merasa itu ‘nggak mungkin’, ternyata Allah
bisa ‘mungkin’kan :’)
Bukan
bermaksud sombong atau apa, tapi ini sebagai bukti ‘kesaktian’ menulis harapan... 😄
Saat belum terwujud aku sengaja nggak nyopot kertas itu, ternyata terjadi di tahun 2017 dan 2018.
Bahkan saat aku menulis di MEI 2016 aku nggak menyangka kalau bisa internship di sana 2 kali!
Harapan se-"sepele" gini tetep ditulis gengs :') |
Kucoret hitam karena waktu itu sempat "gagal" namun pada akhirnya aku menjadi "terpilih" :') (kucentang hijau) |
Saat 2016 berakhir, aku nggak nyopot kertas itu dari dinding. Siapa yang menyangka, ternyata Allah kasih di 2018, karena IA memberi di saat yang TEPAT :') |
3. Minta doa restu orang tua, terutama Ibu. Menurutku ini adalah bagian yang sangat PENTING. Aku selalu cerita dan mohon doa setiap kali aku mau melakukan sesuatu, mau memproses sesuatu, mau apply sesuatu...
Cerita
ke beliau juga di ‘awal’ yahh (usahakan sebelum
kita memulai sesuatu itu). Jangan berpikir, ah nggak mau cerita dulu, nanti takut nggak jadi, ah orang tuaku bukan
tipe-tipe yang suka diceritain, ah orang tuaku tipenya nggak peduli sama yang
dilakukan anaknya, ah ah ah yang lain. Jangan! Siapa yang tau ketika kita
telah bercerita, orang tua kita senantiasa menyelipkan doa untuk kita,
senantiasa “nge-batin” buat selalu minta keselamatan, kelancaran untuk anaknya,
bahkan beliau lakukan setiap saat. Minta doanya juga nggak cuma buat buat
harapan yang menurut kita itu “wow”, seperti yang aku contohkan di poin nomor
2.
4. Visualisasikan impian kita (ini juga salah termasuk salah satu cara ‘berdoa’).
Misalnya, dengan menempel "foto" atau "gambar" harapan kita. Punya impian naik haji, boleh lah kita tempel gambar Ka'bah, sambil di-shalawatin gengs. Pengen punya gadget x, atau kendaraan x, boleh lah kita datangi counter/showroomnya sambil di-shalawatin, atau foto juga. Nggak perlu malu atau ragu kalau merasa awkward di depan orang lain. Emang mereka yang mau "mengabulkan" impian kita?
Contoh lagi, saat aku ingin lulus dengan IPK cumlaude, aku pinjam slempang itu dari kakak tingkat lalu aku berfoto dengannya. Aku berharap supaya ketularan apa yang diraih oleh kakak tingkatku. Padahal saat itu aku merasa "SULIT" untuk meraihnya.
Ini juga menjadi salah satu REAL ACT dalam mewujudkan impian kita.
5. Usaha (bener-bener diusahakan!, sampai titik darah penghabisan). Tentu saja usaha secara jujur yaa… Andaikata pahit-pahitnya kita nggak bisa melakukan secara all out, berdoalah, minta sama Yang Maha Kuasa. But remember, hasil tiada pernah mengkhianati usaha. Gagal berkali-kali justru membuat kita semakin belajar. Nggak boleh nyerah!
Kita pun harus
merelakan waktu ‘me time’ kita yang kurang berfaedah. Boleh lah buat melepas
penat, namun jangan sampai keblablasan.