Sunday, October 14, 2018

Diari anak koas FKH #1 – Stase tergabut?

Coass – The real life of veterinary student

Setelah lulus sarjana kedokteran hewan, aku pernah beberapa kali ditanya “Wah udah mau koas ya, koasnya di mana?” Kadang bingung jawabnya. Biasanya aku jawab “Tergantung stasenya.”
trus ditanya lagi, “Emang koasnya praktek di rumah sakit gitu juga (kayak anak FK)?”
Hehehee

Jadi begini pemirsa...

Koas di FKH ada beberapa stase. Mungkin tiap universitas berbeda-beda dan berbeda juga waktu tempuhnya. Kalau di FKH universitas-ku, ada 6 stase. Tiap stase sekitar 8 minggu dan ada break antarstase selama 1 minggu. Jadi, kira-kira kalau ditotal, diperlukan waktu tempuh hampir 1,5 tahun (3 semester). Apa saja stasenya?

1)      Koasistensi diagnosa laboratorik
2)      Koasistensi reproduksi dan kebidanan
3)      Koasistensi interna hewan besar
4)      Koasistensi interna hewan kecil
5)      Koasistensi bedah dan radiologi
6)      Koasistensi administrasi dinas dan kesejahteraan masyarakat veteriner

Kali ini aku masuk di stase interna hewan besar (disingkat inbes), yang katanya stase tergabut. Emang beneran gabut banget? Well, ternyata setelah aku masuk ini, hmm emang gabut sih wkwk. Eh tapi tunggu dulu. Mungkin saat koas inbes minggu ke-1 masih ‘terkesan gabut’ karena masih dalam proses mengurus administrasi. TAPI semua itu tergantung dari individu masing-masing. Kalau waktu diisi hal dengan yang berfaedah ya tentu saja ‘nggak gabut’. 

Memang, pesan dari salah seorang dosen saat pembekalan yaitu “Walaupun belum ada tugas, paling tidak waktu dimanfaatkan untuk mereview materi yang pernah diberikan, mencari referensi (baik tulisan maupun video), mencari jurnal, dll”.

Memasuki minggu ke-2, yaitu part UP2KH (tugasnya memeriksa hewan yang ada di kandang kampus FKH). Yang katanya ‘bisa pulang awal’, yang mungkin pemeriksaannya hanya dilakukan di 1 hari saja dalam 1 minggu itu, lalu setelahnya ‘gabut’. 

Justru menurut aku hal ini harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Part ini ditujukan untuk ‘latihan’ menghadapi kegiatan di lapangan nanti (yang akan dijalani pada beberapa minggu selanjutnya). Walaupun, memang, pemeriksaan bisa dilakukan 1 hari saja. Akan tetapi, beberapa hari yang ada sangatlah sayang jika tidak dimanfaatkan. Periksa terus saja setiap hari, karena semakin sering mencoba, maka akan semakin terlatih. Semakin sering berinteraksi dengan hewan, maka akan semakin mudah untuk bisa memeriksanya. Nggak mudah lho, untuk bisa mengerti, tau, paham, atau mudeng, misalnya, suara lub-dub jantung normal, merestrain, merasakan pulsus di ekor, dan lain-lain kalau nggak kebiasaan, tentunya akan kaget saat di lapangan nanti—padahal udah sarjana, cuy!—a.k.a dokter hewan muda!

Selain itu, nggak hanya latihan meriksa saja, tetapi juga latihan menganalisis. Kita bisa berlatih mengambil darah, kemudian kita analisis (profil darahnya) sendiri secara manual! Manual ya gengs, nggak pakai alat atau mesin yang bisa menghitung secara otomatis dan cepat. Kita cek jumlah eritrosit, leukosit, kadar Hb, total protein, dsb. Hal-hal yang teknis seperti ini juga perlu banyak latihan. Nggak cukup hanya dengan membaca teori dan hanya berlatih sekali dua kali saja! Setelah hasil analisis darah keluar, dibandingan dengan literatur.

Setelah part UP2KH, di minggu selanjutnya, berganti part lagi, di tempat yang berbeda.

Jadi, siapa bilang ini stase gabut? Semua itu tergantung individu masing-masing, tinggal mau gerak atau enggak?



No comments:

Post a Comment