Tuesday, February 19, 2019

A Hectic Morning

Pagi itu, sebelum subuh aku harus kembali ke Jogja dari kampung halaman. Hari pertama masuk stase baru. Stase yang mengharuskan mahasiswanya disiplin (semua stase gitu sih, cuma ini lebih ‘strict’ aja..).

Sebelumnya aku sudah merencanakan untuk naik kereta go-show yang tiketnya mau ku beli pagi itu juga sebelum keberangkatan.

Tiket go-show hanya bisa dibeli H-2 jam keberangkatan dan maksimal H-1 jam untuk beli secara online. Ingin ku beli secara online, namun aku tak memiliki media transfer elektronik yang bisa ku lakukan di rumah. Masa iya jam 2 pagi mau ke luar untuk ke ATM, atau kalau mau ke minimarket, di kota kecil ini tidak buka 24 jam (Hmm too much reasons!)

Jadilah aku berniat untuk membeli secara langsung di loket, tepat beberapa menit sebelum jam keberangkatan. Saat sampai di stasiun pukul 4 pagi, Deg! Apa? Loketnya nggak buka?! Ternyata kata satpam setempat, loket baru buka sekitar jam 5 (bahkan katanya jam setengah 6). How come?!

Waktu nggak cukup kalau naik kereta lebih dari jam 5. Sedangkan harus masuk kampus sebelum jam 7.30. Ya Allah.. Sedikit kesal rasanya karena aku tidak tau “info” mengenai jam buka loket di stasiun kecil ini. Search di google juga nggak ada. Sepertinya dulu pernah ke sana sekitar sebelum jam 5 pagi dan loket buka.

Keputusan harus kubuat cepat, harus bagaimana aku ke Jogja? Akhirnya ku harus pergi ke stasiun di kota sebelah. Stasiun yang katanya ‘lebih besar’ daripada di kota kecil ini. Ya Allah, mau nangis rasanya. Untung ada kakak yang mau mengantar ke sana. Perjalanan sekitar 45 menit, di tengah pagi buta, naik motor, dingin. Ku berharap ada kereta yang jadwalnya “pas” sehingga bisa sampai di Jogja tepat waktu.

Alhamdulillah ‘ala kulli haal.. aku sangat bersyukur memiliki kakak yang mau mengantarku. Demi adiknya yang tidak ingin sampai terlambat ke kampus untuk menuntut ilmu. Ilmu yang insyaaAllah untuk bisa menebar kebermanfaatan di muka bumi ini, yang insyaaAllah hanya untuk menggapai ridhoNya. Mencari ilmu bagian dari berjihad di jalan Allah..

Siapa yang mendatangi masjidku (masjid Nabawi), lantas ia mendatanginya hanya untuk niatan baik yaitu untuk belajar atau mengajarkan ilmu di sana, maka kedudukannya seperti mujahid di jalan Allah. Jika tujuannya tidak seperti itu, maka ia hanyalah seperti orang yang mentilik-tilik barang lainnya.” (HR. Ibnu Majah no. 227 dan Ahmad 2: 418, shahih kata Syaikh Al Albani).

Semoga Allah membalas kebaikanmu, Mas.

Pagi itu terjadi hal yang tidak biasanya. Semua jadwal kereta terlambat karena adanya perbaikan rel dan salah satu lokomotif yang error. Semua kereta yang lewat jalur itu terlambat, bahkan hingga 2 jam lamanya! Tidak hanya diriku yang mengalami masalah. Ada beberapa orang yang akan 'transit' di stasiun Jogja untuk meneruskan perjalanan ke arah Surabaya. Mereka sangat khawatir apabila kereta selanjutnya tidak 'terkejar'.. Ternyata di luar sana lebih banyak yang mungkin 'memiliki' masalah yang lebih besar daripada diri ini.. Jadi reminder buat nggak ngeluh dan harus terus selalu bersyukur.

Saturday, February 9, 2019

And now all the waits come: I won €1000!

Yogyakarta, Senin, 4 Februari 2019
Ketika rasa “ikhlas” menjadi porosnya, jika kita berhasil atau gagal, perasaan itu akan terasa sama, biasa saja. Allah has shown it all to me. Jika itu rezeki kita, maka nggak akan ke mana, jika bukan juga tiada masalah. Karena rezeki nggak akan tertukar.
Ceritanya kemarin sempat apply sebuah program yang itu fully funded. Siapa sih yang nggak mau fully funded ke negara di Eropa. 

Untuk yang kemarin, memang aku merasa seperti terlalu optimis, tidak terlalu pasrah, terkesan terlalu men’dikte’ Allah seperti, “ya Allah, aku maunya kayak gini, kalau bisa harus kayak gini”. Astaghfirullah…

Walaupun aku berucap jika masih gagal tidak mengapa, namun aku merasa hatiku tidak seperti itu. Hati tidak bisa bohong.

Namun kali ini, ku berusaha agar hati lebih legowo, apapun yang terjadi. Pagi-pagi subuh, kala itu, ada notifikasi email masuk, hmm yaudahlah, kalau belum lolos (lagi) juga nggak apa-apa, belum rezekiku. Dan ternyata, Allah shows His strength just in a second!

Mana ada yang tau, harapan yang kutulis 3 tahun lalu ternyata sekarang terwujud!


Kuncinya apa?
Sabar. Sabar. Sabar.
Belajar.
Belajar dari kesalahan.
Ini kali ketiga atau empat aku apply grant ini. Ketika mau appy kembali, aku belajar dari kesalahan. Sebelum apply, aku mencoba mengontak applicant yang dulu pernah lolos. Kucari mereka di facebook. Mereka orang luar semua. Trus kalo nggak kenal? Ya kenalan..!
Memang tidak semua orang yang ku kirim DM membalas. Ada yang balas. Baik banget. Mau ngasih application mereka yang dulu buat apply. Jadi ku bisa “belajar” dari application mereka untuk apply yang sekarang.
Alhamdulillah 'ala kulli haal..