Seperti pada
cerita sebelumnya, ada kejutan yang menghampiriku saat tiba di Bandara
Incheon. Alhamdulillah aku melewati imigrasi dengan lancar. Petugasnya pun
baik. Aku menuju ke baggage claim. Cukup lama menunggu koperku keluar. Aku
membawa 2 koper dengan ukuran sekitar 24 inch, warna ungu dan biru. Saat aku mengamati satu per satu koper yang berkeliling di conveyor belt, kok
koper unguku diletakkan dalam kotak? Deg! Ada yang nggak beres. Saat aku tarik,
ternyata ada bagian yang retak dan rusak, serta ada salah satu roda yang hampir
lepas karena keretakan di atasnya. Untungnya belum lepas, tapi hampir. Padahal
koper unguku secara kualitas lebih baik dari yang biru. Koper yang sudah
menemaniku traveling ke berbagai tempat :’)
Koperku saat ku cek in di Bandara Soekarno Hatta. |
Sepertinya koperku saat di pesawat berada di bagian yang terkena panas sehingga menjadi tipis dan rapuh. Ottokkee T_T Ingin menangis saat itu, tetapi aku berusaha tenang. Aku pernah membaca cerita seseorang ketika mengalami kerusakan bagasi lalu dia claim kerusakan ke maskapai dan akhirnya diganti. Sebelum kita berangkat, sebaiknya kita foto koper/barang apapun yang akan dimasukkan sebagai checked baggage. Difoto dari berbagai sisi untuk memastikan kondisinya sebelum berangkat. Saat itu aku foto sih, tapi nggak semua sisi.
Aku nggak langsung keluar bandara tetapi harus ku selesaikan urusan bagasiku yang rusak.
Aku melangkah menuju bagian informasi untuk menanyakan ke mana aku bisa claim hal itu. Sempat bingung saat itu aku harus ke mana. Aku tidak bisa
bahasa Korea sama sekali dan terkadang tidak paham bahasa Inggris logat
Korea mereka, ini membuatku merasa sedikit terkendala. Staff bagian informasi
menyuruhku ke bagian kantor maskapai. Dia menunjukkan ada di lantai 2. Di situ
ada beberapa pintu dengan logo berbagai maskapai. Akhirnya ku menemukan milik
Thai Airways. Aku ketuk pintunya. Sepi sekali saat itu di sekitar situ. Agak
deg-degan wkwk. Khawatir nggak dibukain pintu.
Koper
unguku yang rusak :(
Akhirnya
pintu dibuka, lalu ada staff di sana kebingungan, siapa aku? Wkwk. Lalu aku
jelaskan permasalahannya. Aku disuruh lagi ke lantai 1 untuk bertemu seseorang
(seperti security), aku tidak terlalu paham orang tersebut menjabat di bagian
apa. Sepertinya staff pada bagian untuk nge-claim lost and found. Orang
tersebut ada di bagian dekat pintu keluar yang setelah melakukan pengambilan
bagasi. Aku jelaskan kembali masalah yang aku alami ke orang tersebut. Lalu dia
memberikanku formulir pengaduan lost and found.
Formulir lost and found & damaged baggage. |
Aku juga
ditanya, berapa hari aku stay di Korea. Karena durasi tinggalku cukup lama,
koper akan dikirimkan ke alamatku di Korea. Saat itu aku tidak diminta untuk
memperlihatkan foto bagasiku sebelum berangkat. Tapi buat jaga-jaga aja, setiap
mau naik pesawat, harus difoto ya! Aku diberikan katalog berisi gambar koper
dengan berbagai jenis dan ukuran. Masyaa Allah, nikmat mana lagi yang dapat aku
dustakan. Bingung mau pilih yang mana, semua bagus-bagus, semuanya beroda
empat. Alhamdulillah, satu urusan selesai, sekarang aku bingung gimana caranya
ke ‘kos-kosan’ wkwk.
Sebelum ke
Korea, memang persiapanku untuk ke sini kuakui kurang matang karena masih sibuk
koas. Aku sudah mencari tau kalau di sini tidak ada Uber/Grab. Opsi yang
aku pilih yaitu naik bus. Waktu aku tanya senior yang kuliah di SNU, dia juga
bilang kalau suruh naik bus. Saat itu bingung juga bus yang di sebelah mana,
yang jenis apa, karena banyak sekali bus berjejeran. Lagi-lagi aku tidak
langsung paham berkomunikasi dengan staff dengan bahasa Inggris logat Korea,
membuatku terkendala. Ditambah saat itu baterai hp dan power bank-ku sudah
hampir 0%.
Percakapanku dengan staff penginapan. Aku mengabari kalau aku akan tiba di sana. Masih sedikit panik, hp sudah mau mati, sampai typo, harusnya itu “bus” ya.. |
Papan informasi rute bus sesuai nomor busnya. |
Akhirnya aku
paham mana bus yang harus aku naiki. Bus Airport Limousine dengan nomor 6003
mengantarku ke halte terdekat dengan kos-kosan di Seoul. Perjalanan ke sana
memerlukan waktu sekitar 1,5 jam. Bus di sini tidak bisa berhenti sembarangan,
harus di halte yang sesuai. Bus bandara tidak berhenti di semua halte, tetapi
pada halte di titik tertentu. Padahal ada halte yang lebih dekat ke kosku,
sayangnya tidak berhenti, jadi aku harus jalan cukup jauh. Jaraknya dengan halte
di mana busku berhenti sekitar 700 meter. Cukup dekat ya sebenarnya tapiii, OMG
aku baru tau kalau dataran di Korea tidak rata, naik-turun!
Dari halte
ke kosan jalan terus menanjak, tidak ada jalan menurun :( membuatku ngos-ngosan
dan berkeringat menarik 2 koper dengan berat total 30 kg, padahal saat itu
suhunya sekitar 10 derajat Celcius, jam 9 malam. Dipersulit dengan roda koperku
yang rusak ternyata hampir lepas saat ditarik di medan yang menanjak, huhu.
Ingin menangis rasanya saat itu. Sendirian, kedinginan tapi berkeringat, tangan
dan badan sudah pegal-pegal, tiada satu orang pun yang membantu, di negeri
asing pula :’)
Sampai juga
di ‘kosan’. Waktu menunjukkan sekitar jam 9.30 malam. Malam itu juga aku
bertemu dengan staff untuk mengurus administrasi penginapan. Ada beberapa jenis
penginapan untuk tinggal di Korea, kalau tidak salah istilahnya, ada one room dan goshiwon. Sepertinya kalau one room, dalam satu kamar sudah ada dapur dan
mesin cuci. Paket lengkap lah istilahnya (jelas harga sewanya lebih mahal). Sedangkan
goshiwon, dapur dan mesin cuci terletak terpisah. Mungkin ada juga goshiwon dengan sharing bathroom (biasanya lebih murah).
Aku menyewa goshiwon, sebuah
kamar yang dilengkapi kamar mandi dalam (ada air panas), tempat tidur, meja,
lemari, AC, TV, wifi, kulkas, serta pendeteksi asap. Rata-rata memang gedung di
Korea dilengkapi pendeteksi asap, sehingga memang tidak diperkenankan merokok di
dalam gedung. Dilengkapi juga dengan CCTV 24 jam dan sandi touchscreen di setiap
pintu kamar. Harga sewa per bulan sudah aku tulis di part sebelumnya, yaitu
sekitar 450.000 won atau 5,5 juta rupiah. Mahal ya jika dibandingkan dengan
kos-kosan di Indonesia. Menurutku itu standar untuk di sini (dan di luar negeri
lain), serta dibanding tinggal di hotel, untuk 1 bulan sudah habis berapa,
wkwk.
Gambar goshiwon yang aku tempati. Walaupun kecil tetapi nyaman. Mohon maaf berantakan
wkwk. Difoto waktu baru sampai di sana, sudah lelah, langsung bruk bruk menaruh
barang di mana-mana. Sepertinya aku tidur dahulu, lalu jam 1 malam bangun dan
memfoto ini.
Ukuran
kamarnya cukup sempit, sekitar 2,5 x 3,5 meter, namun itu tak
menjadi masalah bagiku. Goshiwon di tempatku ada 6 lantai. Kamarku ada di lantai
paling bawah yaitu lantai 3. Lantai 1 dan 2 itu toko dan cafe. Ada lift dan
tangga. Ada dapur bersama dan tempat laundry (2 mesin cuci) per 2 lantai
goshiwon, yang terletak di lantai genap. Seringnya aku memasak dan me-laundry di
lantai terdekat, yaitu lantai 4. Terkadang jika kedua mesin cuci sedang
dipakai, aku ke lantai 6 atau 8 wkwk.. Atau jika nasi di dapur lantai 4 sedang
habis, aku pergi ke dapur yang lain.
Berkat bantuan informasi dari senior di SNU, aku memesan goshiwon di sini goshipages.com/naejari . Ku pilih kamar D type dengan tarif paling murah. Kalau mau kamar yang luas bisa pilih A type seharga 580.000 won atau sekitar 6,96 juta, hampir 7 juta rupiah!
Oh ya,
fasilitas yang bisa didapatkan di dapur yaitu disediakan nasi yang sudah
dimasakkan oleh staff di sana. Ada ramen instan, teh, kopi, kimchi, minyak
goreng, bumbu dapur (kecap, garam, gula, merica, dll), air minum dari dispenser,
detergen, sabun cuci piring, dsb. Semua itu bisa kita ambil sepuasnya, eh
secukupnya. Intinya kita boleh ambil bebas. Peralatan makan dan masak pun
tersedia, tapi tentunya kita harus langsung mencucinya setelah dipakai. Di sebelah
dapur ada ruang yang dilengkapi meja makan, rice cooker, alat pembuat kopi,
microwave, serta pemanggang roti. Untuk ramen, aku tidak pernah ambil karena
tidak ada logo halalnya hehe.
Hasil belanja dari minimarket terdekat. Untuk menghemat, aku juga membawa banyak mie instan dan bumbu dapur sendiri yang mungkin susah ditemukan di sini. Mungkin ada, tapi pasti lebih mahal. |
Hampir setiap hari aku makan kimchi yang disediakan gratis, sering juga aku masak nasi goreng kimchi. sampai kadang perutku terasa kembung, kebanyakan gas fermentasi kali(?) wkwk. Dapur bersama,
berarti gantian? Iya. Aku lebih suka masak pagi-pagi karena jaraang banget yang
ke dapur pagi-pagi wkwk. Biar nggak antri.
Sempat
bingung saat aku mau me-laundry karena tombol mesin cucinya pakai Hangeul/huruf
Korea. Aku gunakan aplikasi Papago untuk menerjemahkannya. Sembari mencuci,
aku memasak atau ke kamar lagi untuk melakukan pekerjaan lain. Jemurnya di
mana? Sepertinya di rooftop ada tempat untuk menjemur. Saat itu sedang musim
gugur menuju winter, cukup dingin, aku pikir tidak akan kering juga jika
dijemur di luar. Jadilah aku gantung di kamar. Bisa kering? Yes bisa.
Ada orang
dari berbagai negara yang tinggal di kosanku, mungkin karena dekat dengan kampus
SNU, sehingga banyak orang asing. Aku memilih goshiwon yang letaknya paling
dekat dengan kampus FKH SNU. Ada sih goshiwon dengan tarif lebih murah, tetapi
lokasinya lebih jauh. Daripada aku menghabiskan budget untuk transportasi, aku
memilih penginapan terdekat, memang biayanya sedikit lebih mahal tetapi lebih
hemat daripada aku gunakan untuk naik bus setiap hari.
Seringnya aku naik bus dibanding metro/kereta bawah tanah. Tarif bus sekitar 15 ribu rupiah baik dekat maupun jauh. Worth it sih kalau jaraknya agak jauh, nggak worth it naik bus ke kampus yang bisa ditempuh dengan jalan kaki 10 – 15 menit saja. Sayang menyisihkan 30 ribu (PP) setiap hari hanya untuk ke kampus. Kampus FKH SNU masih sewilayah dengan rumah sakit hewan SNU. Jadwalku ke sana setiap hari Senin – Jumat. Weekend bisa buat jalan-jalan dan istirahat.
Seringnya aku naik bus dibanding metro/kereta bawah tanah. Tarif bus sekitar 15 ribu rupiah baik dekat maupun jauh. Worth it sih kalau jaraknya agak jauh, nggak worth it naik bus ke kampus yang bisa ditempuh dengan jalan kaki 10 – 15 menit saja. Sayang menyisihkan 30 ribu (PP) setiap hari hanya untuk ke kampus. Kampus FKH SNU masih sewilayah dengan rumah sakit hewan SNU. Jadwalku ke sana setiap hari Senin – Jumat. Weekend bisa buat jalan-jalan dan istirahat.
Pada 31
Oktober, yaitu hari ke-4 aku di Korea, saat aku pulang dari kampus ada paket berkardus
besar di depan kamarku. Staff kosan sampai syok. Annisa, ini ada paket buatmu,
besar sekali, kamu beli barang apa? Wkwk. Koper dengan ukuran 29 inch telah
mendarat sempurna padaku. Kok bisa yang rusak 24 inch tapi dapat 29 inch?
Awalnya aku memilih 25 inch, setelah aku pikir-pikir, aku khawatir jika koper
biruku tidak kuat menampung barang berat-berat. Akhirnya aku email ke pihak
maskapai untuk mengganti ke 29 inch. Beneran dikirimin ukuran itu. Yeay.
Alhamdulillah.
Koper baru dari pihak maskapai.
Bye-bye koper kesayanganku, I’ll be missing you :( |
No comments:
Post a Comment