Aku selalu punya rencana untuk
mengisi liburanku dengan hal-hal yang berfaedah, misalnya internship baik di
dalam maupun luar negeri. Mengingat selama kuliah S1 mostly yang aku dapatkan
teori aja, sedikit praktik. Kali ini adalah liburan “semester terakhir”. Yap,
semester 8.
Waktu itu 'nggak sengaja' nemu info
di grup angkatan bahwa Charoen Pokphand Indonesia menawarkan beasiswa internship plus reward tour ke
China dengan nama program Charoen Pokphand Best Student Appreciation (CPBSA)
Batch II. Ternyata saat Bacth I universitas ku belum masuk list untuk bisa
mendaftar program itu, baru 4 universitas se-Indonesia dan hanya untuk
mahasiswa peternakan, kalau nggak salah. Sekarang program ini dibuka untuk
mahasiswa kedokteran hewan dan peternakan di + 10 universitas *cmiiw.
source: history.com |
Wah kesempatan bagus nih, selama
ini aku belum pernah internship di bidang perunggasan dan aku memang lagi butuh
banget ilmu tentang dunia perunggasan mengingat 70% profesi kedokteran hewan Indonesia
ada di bidang perunggasan. Sebelum-sebelumnya aku selalu internship di pet
animal dan hewan ternak besar. Karena aku “masih banyak pilihan” untuk
memutuskan nanti pasca lulus dokter hewan mau fokus di bidang apa. Apapun bidang yang akan kujalani nanti, aku berharap, aku bisa berkontribusi yang terbaik sehingga aku harus mempersiapkan diriku dengan "bekal yang cukup". Saat kulihat
syarat-syaratnya, hmm aku berpikir, "apa
aku bisa ya? Kayaknya aku nggak memenuhi semua itu". Seperti pada cerita yang pernah aku post, aku yakin sama kalimat ini “Kita nggak akan pernah tau sampai seberapa batas kemampuan kita sampai kita mencobanya!”
Aku juga berpikir, kayaknya teman sekampus ga ada yang minat
buat apply2 semacam ini—I don’t know why until now!—it means memperbesar
peluangku kakaaa😅. Benar saja, hanya sedikit yang daftar dari kampusku.
Oke deh akhirnya aku coba. Aku merasa
tidak terlalu memenuhi semua syarat yang diberikan, tapi aku yakin akan
mencobanya! Berbekal pengalaman yang pernah aku peroleh, aku berpikir keras
bagaimana membuat me with ‘my own privilege’ untuk bisa lolos. Serta minta doa restu orang tua pastinya (dari
awal sebelum seleksi—bahkan pas baru liat pengumumannya, hingga melewati tahap
seleksi selanjutnya).
Satu hal yang berbeda dari syarat seleksi batch sebelumnya dan aku
interest yaitu persyaratan membuat video WHY ME—kenapa saya pantas untuk menjadi peserta program itu. Aku suka edit
video tapi ada hal yang cukup bikin ‘pusing’ yaitu memikirkan konten. Aku harus
all out dalam membuat video, nggak
boleh asal-asalan.
Salah satu persyaratannya yaitu memiliki kemampuan bahasa Inggris dengan baik.
Nah, justru dengan adanya ‘disuruh’ bikin video ini, sekalian aja ngomong
pakai bahasa Inggris buat membuktikan kemampuan bahasa Inggris yang dimiliki. Kalo
nggak gitu, gimana caranya membuktikan kemampuan bahasa Inggris kalau nggak ada
“real act”—pikirku begitu, wkwk *mungkin persepsi tiap orang beda-beda.
Syarat yang lain “Berkepribadian terbuka, percaya diri,
menghargai perbedaan, kreatif….dst”. Aku punya ide untuk membuat video testimoni
tentang diri ini dari kerabat dekat, kemudian video-video itu di-mix jadi satu.
Tapiii, aku berpikir lagi kalau hal itu udah mainstream. Di situ aku ingat kalau
aku punya banyak teman dari luar negeri. Yap! Aku meminta mereka untuk membuat
video berdurasi pendek yang berisi dukungan untukku dalam mengikuti program
ini. Aku cuma meminta video berdurasi 8-10 detik. Kenapa? Kalau terlalu lama,
aku pikir hal itu akan jadi membosankan😕. So, hanya ada 1 video lama yang
aku request ke temanku dengan skenario tertentu, ehehe… Mungkin dari ide ini juga bisa menampilkan kemampuan intrapersonal dan interpesonal *kalo kata salah seorang teman sih...* karena secara nggak langsung, aku bisa berinteraksi dan punya hubungan baik dengan mereka (teman-teman di luar negeri). Videoku bisa dilihat di sini 😄
Beberapa minggu kemudian ada
pengumuman bahwa aku lolos. Eits, ternyata masih ada tahap seleksi selanjutnya
which is nggak dikasih tau dari awal—poster yang diberikan kalau ternyata masih
berlanjut…. Seleksinya berupa psikotes dan interview yang itu semacam orang mau
melamar kerja.
ALHAMDULILLAH sampai tahap akhir
diumumkan, aku lolos! YA RABB, tiada nikmat yang bisa kudustakan :’)
Sebenarnya saat aku daftar
program ini, aku juga lagi proses apply program lain. Aku nggak tau kenapa,
menjelang libur semester ini lagi banyak banget chance yang berdatangan/ditawarkan—yang
aku interest buat ikuut huhu, alhamdulillah
yang aku tunggu-tunggu dari dulu datang juga—jadiii, yaudah deh aku daftar
semua, karena aku nggak tau mana yang bakal lolos.
Di sisi lain ternyata aku juga
lolos program di negeri tetangga yang tanggalnya ‘bertabrakan’ (nyempil di
tengah-tengah) dengan serangkaian tanggal program CPBSA. Oleh karena—ternyata—seleksi
program2 tersebut beriringan. Aku sudah dapat tiket PP, mengurus visa negeri
tetangga, dokumen2 untuk presentasi, dan lainnya juga sudah siap. Suatu ketika saat mau mengurus program CPBSA, ternyata aku nggak bisa
izin dari programnya dalam jangka waktu yang lama. Belum lagi nanti ditambah izin untuk mengurus wisuda dan koass (I won't delay my coass stage due to scholarship requirement). Waduh bingung banget nih
kalau suruh milih yang mana. Dari selama seleksi keduanya aku juga sudah ‘khawatir’,
ya Allah bagaimana ini, apakah aku bisa
melewati keduanya? Aku percaya bahwa
Engkau pasti akan memberiku yang terbaik, ya Rabb…
Yap, akhirnya aku memutuskan
melepas CBPSA, karena banyaaak pertimbangan. Aku sudah fix menjadi peserta
program di negeri tetangga, tiket gratis dari penyelenggara sudah di tangan,
visa sudah jadi, nggak bakal bisa membatalkan yang ini—karena tidak mungkin
menghadap head of OIA untuk mengundurkan diri a.k.a ribet ngurus penggantian delegasi. Selain itu masih harus ngurus
wisuda, koass, which is harus bolak-balik tempat
internship-Jogja (feeling-ku nggak ditempatkan internship di Jogja).
Ada rasa sedih dan ‘gelo’ dariku,
keluarga, dan teman-teman yang senantiasa mendoakan dan mendukungku, itu wajar.
Tapi aku percaya sama Allah bahwa rezeki
nggak akan tertukar. Kali ini belum menjadi rezekiku. Mungkin diingatkan
juga olehNya biar nggak rakus... Hmm, dua kali nggak jadi ke China, hehe (ceritaku yang sebelumnya ada di link ini). Mungkin
suatu saat nanti. Percaya sama Allah, berserah diri sama Allah. InsyaaAllah, ketika rezeki itu datang atau pergi, kita akan merasa 'biasa', semua itu hanya titipan. Karena rezeki nggak akan tertukar, kan?
No comments:
Post a Comment