Saturday, December 21, 2019

Veterinary Internship di Korea Selatan, Seoul National University - part 1


Hi guys! Setelah sekian lama tidak menulis, akhirnya menulis juga :)
Kali ini aku mau cerita pengalaman waktu internship di SNU VMTH (Seoul National University, Veterinary Medical Teaching Hospital). Agenda ini merupakan program yang aku susun sendiri. Setelah aku dinyatakan lolos beasiswa IVSA Scholarship Grant, aku langsung menghubungi pihak FKH (Fakultas Kedokteran Hewan) SNU. Kontaknya dapat dari mana? Seperti biasa aku cari sendiri melalui internet. Awalnya aku hanya 'asal' menghubungi dokter yang sekiranya terkait dengan pihak yang menjabat di bagian yang aku tuju. Kemudian emailku dibalas dan diberi tau kontak dokter/dosen bagian education and training manager of veterinary hospital.


Aku memutuskan untuk memilih tanggal 28 Oktober – 22 November 2019 (4 minggu) sesuai durasi minimal yang ditentukan oleh IVSA. Aku berencana berangkat hari Sabtu, 26 Oktober, tepat setelah hari terakhir aku koas yaitu Jumat, 25 Oktober. Sebenarnya koasku belum benar-benar berakhir. Untuk kegiatannya memang sudah berakhir namun masih ada administrasi yang harus diselesaikan. Sebelum hari H keberangkatan, aku sudah mempersiapkan dokumen yang diperlukan untuk keperluan administrasi koas dan pelantikan, lalu aku titipkan ke teman untuk membantuku. Terima kasih banyak atas bantuannya~

Alhamdulillah emailku mendapat respon positif dan diterima untuk internship pada tanggal tersebut. Aku memulai mengurus visa pada bulan Agustus 2019. Visa dapat diurus mulai H-3 bulan sebelum keberangkatan. Untuk memproses visa, aku pun meminta dokumen yang diperlukan dari pihak FKH SNU. Cara membuat visa korea selatan ada di sini 

Aku tiba di Bandara Incheon, Seoul pada Minggu, 27 Oktober sore dan sampai di penginapan sekitar jam 9 malam di daerah Bongcheon-dong. Aku tinggal di goshiwon yang terdekat dari SNU! Hehe. Alasan mengapa aku memilih lokasi penginapan yang paling dekat yaitu untuk menghemat biaya transportasi. Biaya sewa penginapanku 450.000 won per bulan, kalau dirupiahkan sekitar 5,6 juta saat itu. Aku sudah memesan penginapan sebelum datang ke sana dengan biaya deposit 50.000 won yang dibantu oleh PPI SNU. Alhamdulillah ada kakak tingkat yang bisa membantu menghubungkan dengan PPI di sana :D


Senin, 28 Oktober aku datang untuk pertama kalinya ke kampus FKH SNU. Ternyata aku hanya memerlukan 10 – 15 menit untuk tiba di sana dengan berjalan kaki dari penginapan. Ingin ku menangis kita pertama kali sampai di sana, memandangi sekeliling kampus Seoul National Uversity, universitas terbaik di Korea Selatan. Alhamdulillah impian yang selama ini diharapkan akhirnya terwujud :’)

Di sana aku bertemu dengan professor yang sudah aku kontak sebelumnya. Beliau memberikanku orientasi singkat mengenai kegiatan yang aku lakukan serta memperkenalkan aku dengan dokter-dokter yang ada di sana. Aku pikir ketika aku sampai di sana, aku akan diberi tau tentang biaya internship di sana. Udah deg-degan tuh kan, mana budget yang ada itu minimalis hihi. Ternyata, gratis guys! Iya! Untuk mahasiswa asing yang akan internship di sana itu bebas tuition untuk yang fakultas/universitas asalnya memiliki MoU dengan SNU. Alhamdulillah alhamdulillah... Aku membaca di suatu form bahwa untuk dokter asing yang akan internship di sana dikenakan biaya pendidikan 300.000 won per minggu! (kalau tidak salah segitu ya, aku agak lupa) Wow! Beruntungnya diriku masih berstatus mahasiswa. Kemudian aku diberi tau oleh professor, untuk tahun ini, durasi internship yang direquest oleh mahasiswa asing tidak dibatasi. Tahun depan (2020), durasi internship dibatasi maksimal 2 minggu! Aku merasa bersyukur banget karena bisa internship di sana tahun 2019 ini. Professor mengatakan, hal tersebut dikarenakan cukup banyak mahasiswa asing yang request untuk internship di FKH SNU, sehingga durasi tahun depan dibatasi.
Bagian resepsionis SNU VMTH

Di Rumah Sakit Hewan (RSH) FKH SNU terdapat beberapa departemen. Jadwal yang aku dapatkan untuk 4 minggu yaitu:
Minggu 1: Internal Medicine,
Minggu 2: Anesthesia & Pain Medicine,
Minggu 3: Ophthalmology / Dentistry,
Minggu 4: Emergency and Trauma Medicine.
Departemen yang lain yaitu General Surgery, Orthopedics / Neurosurgery, Dermatology, Veterinary Medical Imaging, Clinical pathology, Wildlife Animals, Theriogenology, dan Large Animal Clinic.

Sebetulnya saat di awal aku email-email-an dengan professor, aku request untuk lebih banyak terlibat di departemen surgery. Namun tak disangka, karena aku berada di departemen anesthesia dan opthalmology/dentistry, dan emergency, aku pun dapat merasakan aktivitas surgery.

Ohya, intro dulu guys.. Jadi di sana setiap departemen memiliki dokter senior atau professor, bisa satu hingga tiga (atau lebih) professor/associate professor dan beberapa residen (di satu departemen bisa terdapat hingga belasan residen). Residen tersebut yaitu mahasiswa postgraduate S2 atau S3 yang mengambil spesialisasi tertentu. Selain itu juga ada mahasiswa S1 tingkat akhir, atau istilahnya kalau Indonesia itu mahasiswa koas yang sedang dalam clinical rotation.

Minggu 1: Internal Medicine
Setiap pagi kami mengadakan briefing sebelum memulai kegiatan. Setiap orang baik dokter maupun mahasiswa koas diberi kertas yang berisi list pasien beserta kasusnya pada hari tersebut, jam kedatangannya, serta nama dokter yang akan memeriksanya. Awalnya aku kaget, kok udah bisa tau list pasien yang akan datang di hari itu? Memangnya sudah mendaftar sebelumnya? Yap! Jawabannya: Sudah. Jadi, semua pasien yang akan diperiksa di sini harus membuat janji terlebih dahulu dan sebelumnya harus udah pernah diperiksa di klinik lokal karena RSH SNU adalah rumah sakit hewan rujukan. Sehingga, sebagian besar pasien di internal medicine adalah pasien yang udah kronis. Jadi selama di sini aku belum pernah menjumpai pasien dengan keluhan seperti gejala panleukopenia hehe, karena perjalanan penyakitnya yang akut, mestinya jika dibawa ke kilinik lokal sudah dubius-infausta.

Semua pasien diperiksa oleh dokter residen dan diawasi langsung oleh professor tetapi sering juga dilakukan oleh professor secara langsung. Klien dapat berkonsultasi langsung dengan professor. Pemeriksaan yang dilakukan dimulai dari pemeriksaan umum kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan khusus sesuai dengan penyakitnya. Hal baru yang baru kulihat adalah, selama pemeriksaan umum,  di sini dilakukan pemeriksaan tekanan darah dengan alat berupa manset dan doppler yang terhubung ke speaker untuk mendengarkan pulsus pasien. Mansetnya juga memiliki berbagai ukuran. Berbeda kan dengan yang di manusia, kalau di hewan diameter lengannya ada yang kecil banget sampai ada yang besar bisa hampir seukuran manusia (yang kurus) heheh. Rata-rata pasien yang diperiksa di bagian internal medicine itu anjing dan kucing, kebanyakan anjing. Mungkin karena ini departemen small animal sehingga hewan eksotik diperiksa di departemen Wildlife animals.

Ohya, sistem administrasi di sini terintegrasi dengan sangat baik sehingga kita dapat melihat rekam medis pasien secara lengkap di komputer-komputer yang terletak di berbagai tempat dan ruangan. Rekam medisnya bukan hanya berisi tulisan namun juga ada gambar seperti hasil rontgen, CT scan, USG, MRI, dan lain-lain.

Selama di sini, aku mengalami sedikit kesulitan karena nggak bisa berbahasa Korea baik lisan maupun tulisan wkwk parah banget tetapi para dokter dan teman-teman di sini sangat membantu dalam menjelaskan materi dan kegiatan. Sedihnya sih saat ikut di ruangan bersama klien yang sedang berkonsultasi jadi nggak bisa paham secara langsung huhu, jadi harus sabar sampai selesai baru dijelasin sama temanku atau dokter yang bertugas. Ada begitu banyak istilah medis, istilah penyakit, dan materi yang kurasa belum pernah dengar sebelumnya. Kayak asing gitu atau akunya memang yang nggak pernah baca, eh nggak deng. Aku sadar bahwa standar yang digunakan di sini berbeda dari yang digunakan di kampus sendiri, yang mana standar di sini lebih tinggi ya tentunyaa. Kasus-kasus yang dibahas selama aku di sini di antaranya Chronic Kidney Disease, Acute Kidney Injury, Acute Liver Failure, Hydrocephalus, Cushing Syndrome, Pulmonary Tumor, Lymphoma, Cardiovascular Heart Disease, dan lainnya.

Di sini, konsultasi klien dan pemeriksaan dilakukan di tempat berbeda. Konsultasi dilakukan di sebuah ruangan dan pemeriksaan dilakukan di ruangan berikut ini.



Katanya sih supaya klien tidak melihat langsung pemeriksaan yang dilakukan karena kegiatan ini juga sebagai media pembelajaran baik residen maupun mahasiswa koas. Eh tetapi jangan negative thinking dulu ya. Pemeriksaannya pun dilakukan secara hati-hati, sesuai SOP, dan terdapat residen senior yang tentunya sudah sangat berpengalaman. Animal welfare pun betul-betul diperhatikan. Professor di setiap departemen juga sepertinya selalu on duty selama jam kerja, bahkan menurutku sering overtime. Workaholic banget orang-orang di sini.  Begitulah sedikit cerita di bagian internal medicine. Internship di minggu-minggu selanjutnya akan dilanjutkan di part 2 :)


Friday, August 23, 2019

Pengalaman Membuat Visa Korea Selatan (2019!)


Halo semua..!

Ini kali pertamaku membuat visa Korea Selatan. Kali ini aku membuat visa dengan bantuan agen karena nggak sempat buat ke Jakarta. Selain menghemat tenaga dan waktu (nggak perlu capek-capek ke Jakarta hehe), juga karena biaya visa dengan agen kurang lebih sama jika ditambah biaya PP + bekal ke Jakarta. Aku mempercayakan untuk memproses visa dengan agen yaitu Nusantaratour Jogja yang berlamat di Jalan Urip Sumoharjo. Setelah baca-baca reviewnya, katanya sih bagus, jadi aku pilih agen itu.

Setelah aku membaca persyaratan visa berdasarkan tujuan kunjungan, aku berniat untuk membuat visa D-2-8 (Visa Belajar Jangka Pendek) karena aku berencana untuk stay selama 1 bulanan. 
Kenapa nggak apply visa turis? Takutnya cuma dapet masa tinggal 30 hari, khawatir terlalu mepet kalau ada apa-apa (jangan sampe sih), jadi harapannya bisa dapet masa tinggal >30 hari buat jaga-jaga, karena memang berencana buat stay lebih dari 30 hari tapi nggak sampai 2 bulan.
Syarat-syarat yang dilist agen:
(di bawah ini tidak semua yang dilist agen aku cantumkan, hanya yang yang aku kumpulkan saja)
  1. Formulir permohonan visa.
  2. Paspor masih berlaku minimal 8 bulan (baru & lama).
  3. Surat sponsor/keterangan bekerja dari perusahaan tempat bekerja dalam Bahasa Inggris. Karena aku masih kuliah, jadi aku minta surat dari fakultas yang menyatakan aku mahasiswa yang terdaftar dan masih aktif kuliah. Di situ tertera namaku, nomor mahasiswa, jurusan, program yang diambil (aku program profesi, kalo S1 ya ditulis S1, S2 ya S2), tahun masuk, tanda tangan pihak dekanat serta cap.
  4. Surat undangan (jika yang mengundang adalah instansi/perusahaan mohon melampirkan SIUP perusahaan pengundang, ID & name take perusahaan pengundang, company profile). Waktu itu aku melampirkan surat undangan dalam Bahasa Inggris. Aku meminta Fotocopy Kartu Registrasi Bisnis Universitas Pengundang atau SIUP kepada pengundang, kemudian aku diberi sesuatu dalam Bahasa Korea, aku nggak tau artinya, jadi mungkin itu mestinya semacam berkas yang dimaksud di persyaratan. Hanya 2 berkas itu aja yang aku sertakan dari pihak pengundang, dan itu bukan berkas asli, karena aku hanya dikirimin softfilenya aja, jadi aku print sendiri. Waktu itu sempet was-was karena bukan berkas asli, takut ditolak, tapi ternyata visaku tetap keluar. 
  5. Referensi Bank asli sesuai dengan bukti keuangan. Surat ini aku minta di Bank, berbeda dengan rekening koran. Surat dibuat dalam Bahasa Inggris. Waktu itu di Bank BRI, biaya pembuatan surat referensi bank sebesar Rp 150.000.
  6. Rekening koran 3 bulan terakhir. Aku menggunakan rekening orang tua.
  7. Fotokopi KTP, kartu keluarga, akta kelahiran.
  8. Scan kartu pelajar. Aku lampirkan fotokopi berwarna.
  9. Foto terbaru berukuran 3,5 x 4,5 cm, background putih, cetakan studio. Waktu itu aku melampirkan 2 foto, ternyata yang dipakai hanya 1 foto, satunya dikembalikan saat visaku sudah jadi.
  10. Surat sponsor. Oleh karena aku dibiayai orang tua dan satu pihak sponsor, aku melampirkan keduanya. Surat yang dari pihak sponsor pun bukan asli, tetapi aku print sendiri. Untuk surat dari orang tua (asli), diberi materai Rp 6.000.
Selain itu, semenjak tanggal 27 Mei 2019, KVAC (Korea Visa Application Center) mensyaratkan dokumen berikut:
1. Dokumen keuangan yang dilampirkan minimal 2 dari pilihan berikut.

a.       Rekening koran 3 bulan terakhir (tidak diperbolehkan fotokopi buku tabungan)
b.       Slip gaji 3 bulan terakhir
c.       SPT 1721 A1/A2 atau SPT 1720
d.       Penggunaan kartu kredit selama 3 bulan terakhir
e.       Surat bukti kepemilikan kendaraan atau rumah
f.        Surat bukti kepemilikan aset berharga
2. Khusus pengajuan visa multiple tidak perlu melampirkan dokumen keuangan.
Waktu itu aku melampirkan berkas di poin 1.a dan f.

Aku tidak mengumpulkan:
  • Certificate of Health (TB) dari RS yang ditunjuk Kedutaan Korea. Ini untuk student visa yang masa tinggalnya lebih dari 91 hari.
  • Bookingan reservasi tiket dan konfirmasi penginapan.

Proses pengajuan visa melalui agen itu berlangsung lancar, staff sangat membantu. Harga visa melalui agen tersebut Rp 995.000. Aku memasukkan ke agen pada Jumat, 2 Agustus, lalu pada Kamis, 16 Agustus pasporku sudah bisa diambil di agen. Aku mendapat visa dengan masa tinggal 60 hari. Alhamdulillah. Ternyata pada visa tertera tipe C-3-1 yang berarti termasuk visa kunjungan sementara biasa. Doakan ya teman-teman, semoga aku diberi kelancaran di perjalanan ke Korea nanti.. Aamiin..


Thursday, March 7, 2019

QnA + Tips IVSA Scholarship Grant


Halo temen-temen,
Kali ini aku mau sharing tentang IVSA Scholarship Grant berdasarkan pengalaman dan yang aku amati dari sekitar tahun 2016.
Kok bisa tau info beasiswa ini? Jadi, aku memang suka browsing beasiswa, terus ketemu beasiswa ini waktu liat di webpage-nya IVSA atau di fanpage facebook-nya, kalau nggak salah haha, udah lupa. Intinya aku ‘nemu sendiri' info ini. Aku pernah apply ini kayaknya 3 atau 4 kali, dan akhirnya bisa lolos Februari 2019 ini (Deadline application saat itu, Desember 2018).

Q : Apa itu IVSA Scholarship Grant?
A : ini adalah beasiswa yang diberikan oleh IVSA Global (International Veterinary Students’ Association) sebesar 1000 Euro (dirupiahkan sekitar 15-16 juta, tergantung kurs). Beasiswa ini digunakan untuk “men-support” magang dengan durasi minimal 4 minggu. Biasanya beasiswa ini dibuka 2-3 kali per tahun (nggak mesti di bulan apa) untuk 3 sampai 5 orang masing-masing mendapat 1000 Euro. Ini hanya untuk mahasiswa kedokteran hewan di seluruh dunia. Jadi, saingannya nggak cuma anak FKH se-Indonesia, tetapi sedunia!

Q : Di mana tempat magangnya?
A : Bebas. Di negara manapun, dalam dan luar negeri boleh. Kalau di persyaratan dari IVSA, yaitu veterinary placement which is approved by your faculty.
Sepengetahuanku, magangnya bisa di klinik, rumah sakit hewan sebuah universitas, research center, wildlife, rescue center, dan lain-lain pokoknya bebas asal itu tadi >> approved by your faculty!

Q : Kapan waktu magangnya?
A : Bebas menentukan tanggal dan bulan. Peraturan dari IVSA, yaitu maksimal 9 bulan setelah pengumuman penerimaan (kalau kamu lolos ya), dengan durasi minimal 4 minggu.

Q : 1000 Euro itu buat apa aja?
A : Nah, itu terserah buat apa asal bertujuan untuk support saat “magang”, kalau buat wisata, tidak termasuk. Misal, untuk transportasi pulang-pergi, visa, makan, penginapan, biaya magang (jika ada), dan lain-lain. Jangan lupa untuk nota/kwitansi disimpan untuk buat laporan nanti setelah selesai. Cara memperkirakan draft of budget yaitu dikira-kira, dan browsinglah! Atau tanya relasi yang ada di sekitar tempat magang yang dituju. Semua biaya ditulis atau dikonversi ke Euro.

Q : Kalau lebih atau kurang dari 1000 Euro?
A : Kalau kurang, mereka nggak akan ngasih sisanya. Kalau lebih, mereka nggak akan nambahin. Jadi, itu tergantung pengeluaran yang kamu rencanakan. Kita kan disuruh buat draft of budget nih. Kalau kita mau magang di Eropa atau US ya paling cuma cukup buat biaya tiket pesawat. Kalau mau di Indonesia atau misal, Thailand, itu bisa cukup mengcover seluruh biaya hidup. Dan nggak harus draft of budget itu mencakup semua biaya hidup, kalau kamu mau pergi ke negara yang jauh, beasiswa itu boleh cuma buat “support” biaya transportasi aja, atau sama penginapan, tapi selebihnya kamu biaya sendiri.

Q : Surat rekomendasi ditulis dalam bahasa?
A : Semua ditulis dalam bahasa Inggris, termasuk motivation letter dan draft of budget.

Q : Surat rekomendasi sebaiknya dari siapa?
A : Untuk beasiswa yang akan dibuka akhir Maret ini, mereka mensyarakatkan yang 1 wajib dari dekan which confirming your internship is approved by your university >> di surat rekomendasi harus tersirat/tersurat kalimat ituYang satunya, boleh dari siapa aja, dosen yang kamu kenal. Kalau aku, dari dosen pembimbing penelitian atau skripsi.
Tips : semua surat rekomendasi HARUS diberi tanda tangan pemberi rekomendasi dan ada CAP dari fakultas. Sebelum-sebelumnya yang aku gagal, ada surat yang belum ada capnya, dan yang terakhir apply kemarin, keduanya ada cap.

Q : Faktor apa yang sekiranya bisa buat lolos?
A : Sepengalaman aku, motivation letter yang paling menentukan. Dua surat rekomendasi itu nggak terlalu, tapi tetap wajib ada..!

Q : Motivation letter seperti apa yang sekiranya bisa buat lolos?
A : Banyak membaca contoh motivation letter. Udah ada google kan? Carilah di sana. Nggak ada format khusus buat nulis motivation letter, jadi, banyak-banyaklah browsing dan MEMBACA.
Kalau dari pengalaman ku: 
  • Alasan kuat kenapa kamu pantas menerima, alasan mengapa kamu perlu beasiswa itu, apa tujuan kamu apply.
  • Alasan mengapa kamu ingin magang di tempat itu (terkait dengan tujuanmu tadi). Bisa menuliskan dua atau beberapa pilihan tempat magang. Opsional >> bisa ditambah, apakah di sana ada koneksi atau sudah terhubung. Aku saat itu hanya menuliskan 1 tempat magang yang aku ingin tuju.
  • Udah menuliskan tujuan kan, nah sekarang, apa yang akan kamu lakukan nanti pasca mendapat beasiswa itu, atau rencana jangka panjangmu.
  •  Keterlibatan di IVSA. Mungkin jika kamu pengurus dari IVSA/IMAKAHI, itu akan memperbesar peluang lolos, ceritakan keterlibatan atau perananmu selama di IVSA. Nah untuk soal ini, dulu aku berpikir, bahwa aku tidak memegang jabatan apa-apa di IVSA, itu hal yang membuatku tidak lolos. Dan kenyatannya untuk yang terakhir aku apply, aku bisa lolos! Berarti itu bukan faktor penentu. Aku hanya menulis member of IVSA Indonesia (karena memang semua anak FKH bagian dari IMAKAHI kan?).
  • Nah sebagai gantinya, jika kamu bukan pengurus IVSA (dan ini juga untuk kamu yang menjadi pengurus IVSA), ceritakan aktivitas apa yang pernah lakukan, aktivitas yang sekiranya memiliki manfaat bagi masyarakat/orang banyak. Intinya, kontribusi/manfaat “apa” yang pernah kamu lakukan.
Jangan berkecil hati jika kamu “belum banyak” track record yang pernah dilakukan. Buat sebaik mungkin apa motivasimu dalam meng-apply beasiswa itu.

Itu tadi hanya tips, tidak harus sesuai seperti yang aku tuliskan. Beasiswa ini juga nggak hanya untuk yang menengah ke bawah, jadi kalau merasa “kaya”, you are welcomed to apply! Yang kuliah di Eropa dan US pun boleh apply!

Q : Menghubungi tempat magang dulu atau baru menghubungi setelah diterima?
A : Kalau aku sih, aku baru menghubungi setelah diterima. Dan kalau misalkan ternyata tempat yang kita ingin tidak menerima, sepertinya nggak apa-apa jika tidak sesuai rencana awal.
Untuk aturan sekarang, agak berbeda dari sebelum-sebelumnya. Sekarang harus menyertakan bukti bahwa kita diterima di tempat magang dahulu. Trus kalo nggak lolos beasiswanya gimana? Nggak jadi magang dong?
Coba baca lagi rules-nya. Di situ menerangkan bahwa kalau screenshoot email nggak apa-apa. Nah tips dari aku, mungkin sebenernya kayak cuma "konfirmasi" email bahwa di tanggal sekian sampai sekian, kita bisa atau nggak magang di tempat itu.

Q : Setelah magang, lalu?
A : Setelah magang, kita diwajibkan membuat laporan. Nggak usah dibuat pusing! Sepertinya, laporan hanya 2 halaman atau beberapa dan itu hanya deskripsi kegiatan yang kita lakukan. Nggak perlu kata pengantar, pendahuluan, daftar pustaka, haha kayak skripsi aja. Kita perlu melampirkan receipt/nota dengan nilai maksimum 1000 Euro yang nanti akan di-reimburse. Ya, beasiswa ini sistemnya reimburse. Namun, jika memang tidak mampu "membayar" sendiri di awal, sepertinya bisa negosiasi di awal untuk bisa 'dicairkan' terlebih dahulu >> aku pernah membaca ini di FAQ dari website IVSA.

Semoga bermanfaat. Jika ada yang masih ingin ditanyakan, bisa tulis di komentar :)
Jangan takut mencoba! Rezeki nggak akan ke mana. See my story which seemed impossible but it was happened! See here.
Pict credit : by IVSA

Tuesday, February 19, 2019

A Hectic Morning

Pagi itu, sebelum subuh aku harus kembali ke Jogja dari kampung halaman. Hari pertama masuk stase baru. Stase yang mengharuskan mahasiswanya disiplin (semua stase gitu sih, cuma ini lebih ‘strict’ aja..).

Sebelumnya aku sudah merencanakan untuk naik kereta go-show yang tiketnya mau ku beli pagi itu juga sebelum keberangkatan.

Tiket go-show hanya bisa dibeli H-2 jam keberangkatan dan maksimal H-1 jam untuk beli secara online. Ingin ku beli secara online, namun aku tak memiliki media transfer elektronik yang bisa ku lakukan di rumah. Masa iya jam 2 pagi mau ke luar untuk ke ATM, atau kalau mau ke minimarket, di kota kecil ini tidak buka 24 jam (Hmm too much reasons!)

Jadilah aku berniat untuk membeli secara langsung di loket, tepat beberapa menit sebelum jam keberangkatan. Saat sampai di stasiun pukul 4 pagi, Deg! Apa? Loketnya nggak buka?! Ternyata kata satpam setempat, loket baru buka sekitar jam 5 (bahkan katanya jam setengah 6). How come?!

Waktu nggak cukup kalau naik kereta lebih dari jam 5. Sedangkan harus masuk kampus sebelum jam 7.30. Ya Allah.. Sedikit kesal rasanya karena aku tidak tau “info” mengenai jam buka loket di stasiun kecil ini. Search di google juga nggak ada. Sepertinya dulu pernah ke sana sekitar sebelum jam 5 pagi dan loket buka.

Keputusan harus kubuat cepat, harus bagaimana aku ke Jogja? Akhirnya ku harus pergi ke stasiun di kota sebelah. Stasiun yang katanya ‘lebih besar’ daripada di kota kecil ini. Ya Allah, mau nangis rasanya. Untung ada kakak yang mau mengantar ke sana. Perjalanan sekitar 45 menit, di tengah pagi buta, naik motor, dingin. Ku berharap ada kereta yang jadwalnya “pas” sehingga bisa sampai di Jogja tepat waktu.

Alhamdulillah ‘ala kulli haal.. aku sangat bersyukur memiliki kakak yang mau mengantarku. Demi adiknya yang tidak ingin sampai terlambat ke kampus untuk menuntut ilmu. Ilmu yang insyaaAllah untuk bisa menebar kebermanfaatan di muka bumi ini, yang insyaaAllah hanya untuk menggapai ridhoNya. Mencari ilmu bagian dari berjihad di jalan Allah..

Siapa yang mendatangi masjidku (masjid Nabawi), lantas ia mendatanginya hanya untuk niatan baik yaitu untuk belajar atau mengajarkan ilmu di sana, maka kedudukannya seperti mujahid di jalan Allah. Jika tujuannya tidak seperti itu, maka ia hanyalah seperti orang yang mentilik-tilik barang lainnya.” (HR. Ibnu Majah no. 227 dan Ahmad 2: 418, shahih kata Syaikh Al Albani).

Semoga Allah membalas kebaikanmu, Mas.

Pagi itu terjadi hal yang tidak biasanya. Semua jadwal kereta terlambat karena adanya perbaikan rel dan salah satu lokomotif yang error. Semua kereta yang lewat jalur itu terlambat, bahkan hingga 2 jam lamanya! Tidak hanya diriku yang mengalami masalah. Ada beberapa orang yang akan 'transit' di stasiun Jogja untuk meneruskan perjalanan ke arah Surabaya. Mereka sangat khawatir apabila kereta selanjutnya tidak 'terkejar'.. Ternyata di luar sana lebih banyak yang mungkin 'memiliki' masalah yang lebih besar daripada diri ini.. Jadi reminder buat nggak ngeluh dan harus terus selalu bersyukur.

Saturday, February 9, 2019

And now all the waits come: I won €1000!

Yogyakarta, Senin, 4 Februari 2019
Ketika rasa “ikhlas” menjadi porosnya, jika kita berhasil atau gagal, perasaan itu akan terasa sama, biasa saja. Allah has shown it all to me. Jika itu rezeki kita, maka nggak akan ke mana, jika bukan juga tiada masalah. Karena rezeki nggak akan tertukar.
Ceritanya kemarin sempat apply sebuah program yang itu fully funded. Siapa sih yang nggak mau fully funded ke negara di Eropa. 

Untuk yang kemarin, memang aku merasa seperti terlalu optimis, tidak terlalu pasrah, terkesan terlalu men’dikte’ Allah seperti, “ya Allah, aku maunya kayak gini, kalau bisa harus kayak gini”. Astaghfirullah…

Walaupun aku berucap jika masih gagal tidak mengapa, namun aku merasa hatiku tidak seperti itu. Hati tidak bisa bohong.

Namun kali ini, ku berusaha agar hati lebih legowo, apapun yang terjadi. Pagi-pagi subuh, kala itu, ada notifikasi email masuk, hmm yaudahlah, kalau belum lolos (lagi) juga nggak apa-apa, belum rezekiku. Dan ternyata, Allah shows His strength just in a second!

Mana ada yang tau, harapan yang kutulis 3 tahun lalu ternyata sekarang terwujud!


Kuncinya apa?
Sabar. Sabar. Sabar.
Belajar.
Belajar dari kesalahan.
Ini kali ketiga atau empat aku apply grant ini. Ketika mau appy kembali, aku belajar dari kesalahan. Sebelum apply, aku mencoba mengontak applicant yang dulu pernah lolos. Kucari mereka di facebook. Mereka orang luar semua. Trus kalo nggak kenal? Ya kenalan..!
Memang tidak semua orang yang ku kirim DM membalas. Ada yang balas. Baik banget. Mau ngasih application mereka yang dulu buat apply. Jadi ku bisa “belajar” dari application mereka untuk apply yang sekarang.
Alhamdulillah 'ala kulli haal..